Batuan sedimen merupakan rombakan batuan lain
yang umurnya lebih tua.
- Batuan lain tersebut dapat berupa batuan beku, batuan sedimen
ataupun batuan metamorf yang terbentuk lebih dulu.
- Oleh sebab itu komposisi mineralogi batuan sedimen akan mencerminkan komposisi batuan asalnya.
- Sifat umum yang dimiliki oleh batuan sedimen dan
dapat dilihat (observable)
dilapangan adalah berlapis.
- Perlapisan tersebut
kadang-kadang tampak jelas, namun ada juga yang tidak tampak nyata.
- Perlapisan dapat
terjadi sebagai akibat adanya perbedaan ukuran butir, maupun perbedaan
warna. Perbedaan warna terjadi
sebagai akibat warna kumpulan mineral yang membentuk perlapisan
- Perlapisan pada
batuan sedimen sangat bervariasi
mulai dari beberapa puluh meter hingga berapa millimeter.
- Oleh sebab itu
apabila anda berhadapan dengan singkapan batuan sedimen dengan perlapisan
yang cukup tebal, disarankan anda melihat dari jarak jauh. Sebaliknya bila anda melihat perlapisan
batuan sedimen yang tipis dekatilah singkapan tersebut.
- Pada batuan beku
juga ada kenampakan seperti
berlapis yang dikenal dengan istilah
sheeting joint
4.1. TERMINOLOGY PERLAPISAN
Terminologi perlapisan
yang terbentuk pada batuan sedimen adalah sebagai berikut:
Tabel
4.1. Terminologi perlapisan ( menurut McKee
and Weir, 1953)
Tebal perlapisan
|
Terminologi
|
Lebih besar 120 cm
|
Perlapisan sangat tebal
|
120 cm-60 cm
|
Perlapisan tebal
|
60 cm-5 cm
|
Perlapisan tipis
|
5 cm-1 cm
|
Perlapisan sangat tipis
|
1 cm-0,2 cm
|
Perlapisan laminasi
|
Kurang dari 0,2 mm
|
- Pada masing-masing perlapisan akan tersusun dari berbagai macam
mineral dengan ukuran butir tertentu.
batuan bulat, dan breccia .bila bentuk agregat batuan
runcing
4.2.
. PROSES TERBENTUKNYA BATUAN SEDIMEN KLASTIK
Terbentuknya
batuan sedimen tidak terlepas dari proses pelapukan dan proses-proses
lanjutannya dan juga ditentukan oleh keberadaan batuan induk. Skema proses
terbentuknya batuan sedimen adalah sebagai berikut:
Batuan induk dapat berupa batuan beku, batuan sedimen klastik dan
batuan sedimen nonklastik maupun batuan metamorf. Batuan sedimen nonklastik
terutama adalah batuan hasil proses evaporasi dan batuan yang merupakan
pertumbuhan binatang koral
Gambar 4.3. Batuan konglomerate (gbr.kiri), batupasir (gbr.tengah), dan serpih (gbr.kanan)
4.3. PROSES TERBENTUKNYA
BATUGAMPING BIOKLASTIK
Batugamping bioklastik
adalah hasil rombakan dari batugamping nonklastik. Ciri utama batugamping
bioklastik adalah berlapis, seperti layaknya pada batuan sedimen, dicirikan
lagi dengan didapatkannya fragmen-fragmen fosil. Secara skematik terjadinya batugamping
bioklastik adalah sebagai berikut:
- Disebut calcirudite bila batugamping
bioklastik tersebut mempunyai ukuran butir rudite (kasar - seperti breksi)
- Disebut calcarenite bila batugamping bioklastik
tersebut mempunyai ukuran butir arenite (pasir)
- Disebut calcilutite
bila batugamping bioklastik tersebut mempunyai ukuran butir lutite
(lempung)
Gambar berikut akan dapat
memperjelas terminologi tersebut diatas.
Gambar 4.4. Contoh calcirudite (gbr.kiri), calcarenite (gbr.tengah),
calcilutite (gbr.kanan)
Batugamping nonklastik merupakan perkembangan dari rumah binatang
koral. Bersama dengan koral akan terdapat pula jenis kehidupan yang lain dengan
komposisi “rumahnya” yang sama. Rumah
binatang koral itu akan membentuk suatu koloni. Perkembangan koloni koral sangat
tergantung pada naik dan turunnya dasar cekungan sedimentasi. Pada saat dasar
cekungan turun perkembangan koloni koral menuju kearah vertikal, sedang pada
saat dasar cekungan sedimentasi naik, perkembangan koloni koral akan kearah
lateral. Perkembangan koloni koral berada diatas dasar cekungan sedimentasi
yang beralaskan batuan dengan tektur kasar (dapat batuan beku, batuan sedimen
ataupun batuan metamorf). Bila perkembangan koloni koral berada diatas batugamping berlapis, maka kenampakan
bentukan tersebut secara keseluruhan dikenal dengan istilah biostrome. Namun
bila kenampakan singkapan itu tanpa dasar batugamping berlapis dikenal dengan
nama bioherm. Terminologi ini didasarkan pada kenampakan singkapan di lapangan.
Gambar 4.5. Biostrome (gbr.kiri), dan bioherm (gbr.kanan)
Perkembangan koloni koral yang meliputi daerah luas seperti yang
terjadi di daerah Wonosari, Wonogiri dan Pacitan akan membentuk bentang alam
karst. Ciri-ciri bentang alam karst yang tampak dipermukaan disebut sebagai
eksokarst ditunjukkan adanya bentukan
deretan bukit batugamping seperti kerucut (conical
hills) dengan berbagai ketinggian, dan diantara bukit-bukit tersebut
kerapkali dijumpai telaga. Sedang
tanda-tanda bentang alam karst bagian dalam yang dikenal sebagai
endokrast antara lain: terdapatnya sungai bawah tanah, mata air, sumuran
(luweng), goa dengan stalaktite dan stalakmite-nya. Berbeda dengan pada batuan
sedimen klastik, dimana air tersimpan
dalam pori-pori batuan, tetapi pada batugamping dengan bentang alam karst
pori-pori yang merupakan reservoir air berada pada diaklas (rekahan/retakan). Makin
banyak rekahan terdapat makin tinggi jumlah air yang tersimpan pada batugamping
nonklastik. Apabila bukit-bukit karst tersebut ditambang, hilang pula
rekahan-rekahan yang merupakan reservoir air tanahnya. Akibat yang paling
serius, hilang pula mata air yang pernah ada, telaga menjadi kering. Gambar
berikut adalah cirri-ciri bentang alam karst.
Gambar 4.6. Sumur (uvala) (gbr.kiri), sungai bawah tanah (gbr.tengah), goa dengan stalaktite dan stalakmite (gbr.kanan)
Gambar 4.7. Sungai bawah tanah yang cukup besar (gbr.kiri), bukit-bukit karst (gbr.tengah), telaga yang merupakan tampungan air dipinggir telaga dijumpai mata air (gbr.kanan)
Dengan demikian sungai bawah
tanah mengalir tidak mengikuti hukum aliran
air bawah tanah seperti pada batuan sedimen klastik. Aliran tersebut membentuk suatu system
tersendiri yang dikenal dengan ecology
system (dikenal dengan istilah
ecosystem). Jaringan aliran sungai bawah tanah ini dapat dirunut dengan
metode tracing, yaitu memasukan air
yang sudah diberi warna atau serbuk yang mudah mengapung dan mudah mengalir
(seperti sekam padi). Jaringan aliran air bawah tanah tersebut dapat dipantau
pada tempat-tempat mata air yang muncul.
Daerah imbuhan air bawah tanah disebut dengan istilah recharge area. Dengan keadaan yang demikian bila conical hills itu dirusak atau ditambang
secara besar-besaran, dipastikan diaklas yang merupakan reservoir air akan
hilang dan hal ini mengakibatkan mata air akan turun debitnya, atau bahkan
dapat mati.
4..4. . BAHAN GALIAN YANG TERDAPAT PADA BATUAN SEDIMEN KLASTIK
Bahan galian dijumpai pada batuan sedimen klastik adalah:
|
Perhatikan gambar-gambar berikut dan berikan komentar anda.
0 komentar:
Posting Komentar