Jumat, 25 Desember 2015

BENTANGALAM DENUDASIONAL (Verstappen)

II.1.Pengertian
Bentangalam denudasional adalah bentuk bentangalam yang terbentuk akibat adanya proses denudasi. Proses denudasi atau sering disebut juga proses penelanjangan merupakan proses yang cenderung mengubah bentuk permukaan bumi menjadi bentukan lahan yang lebih rendah, dan proses tersebut akan berhenti apabila permukaan bumi telah mencapai level dasar yang sama dengan permukaan di sekitarnya.

II.2.Faktor-Faktor Pembentuk Bentangalam Denudasional 
Denudasi adalah kumpulan proses yang mana, jika dilanjutkan cukup jauh, akan mengurangi semua ketidaksamaan permukaan bumi menjadi tingkat dasar seragam. Dalam hal ini, proses yang utama adalah degradasi, pelapukan, dan pelepasan material, pelapukan material permukaan bumi yang disebabkan oleh berbagai proses erosi dan gerakan tanah. 

Proses yang mendorong terjadinya degradasi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu : 
1. Pelapukan, produk dari regolith dan saprolite (bahan rombakan dan tanah)
2. Transport, yaitu proses perpindahan bahan rombakan terlarut dan tidak terlarut 

Karena erosi dan gerakan tanah.
  1. Pelapukan: Pelapukan merupakan proses perubahan keadaan fisik dan kimia suatu batuan pada atau dekat dengan permukaan bumi (tidak termasuk erosi dan pengangkutan hasil perubahan itu). Ketika batuan tersingkap, mereka akan menjadi subjek dari semua hasil proses pemisahan atau dekomposisi batuan insitu. Pemisahan batuan umumnya disebabkan karena pengaruh kimia, fisika, organisme, ataupun kombinasi dari ketiganya. 
  2. Erosi air permukaan: Erosi adalah suatu kelompok proses terlepasnya material permukaan bumi hasil pelapukan yang dipengaruhi tenaga air, angin, dan es. Ini juga termasuk perpindahan partikel dengan pemisahan karena pengaruh turunnya hujan dan terbawa sepanjang aliran sebagaiman suatu arus melalui darat. Ketika arus menjadi seragam secara relatif dan tipis, partikel dipindahkan dari permukaan tanpa adanya konsentrasi erosi.
  3. Gerakan Tanah: Gerakan tanah adalah perpindahan massa tanah atau batuan pada arah tegak, datar, atau miring dari kedudukannya semula karena adanya gaya gravitasi bumi. Gerakan tersebut terjadi bila ada gangguan kesetimbangan pada saat itu. 
Ada empat jenis utama gerakan massa : 
  • Falls (runtuhan)
  • Slides (longsoran)
  • Flows (aliran)
  • Kompleks
Faktor – faktor yang mempengaruhi proses-proses denudasi tersebut adalah: 
  1. Tipe material, yaitu mudah lapuk atau tidaknya material permukaan bumi. Semakin mudah lapuk materialnya maka semakin mudah terjadi proses denudasi.
  2. Kemiringan lereng. Semakin miring lerengnya maka semakin berpotensi terjadi proses erosi ataupun gerakan massa.
  3. Curah hujan, suhu udara dan sinar matahari.
  4. Vegetasi, akan berpengaruh terhadap aliran permukaan dan erosi. 
Aspek pengaruh tersebut adalah : 
  1. Mengurangi kecepatan aliran permukaan dan kekuatan perusak air.
  2. Pengaruh akar dan kegiatan biologi terhadap ketahanan struktur tanah infiltrasi.
  3. Pengaruh terhadap porositas tanah menjadi lebih besar.
  4. Peristiwa transpirasi yang dapat mengurangi kandungan air tanah sehingga yang datang kemudian dapat masuk ke dalam tanah lagi. 
  5. Manusia, disini dapat berpengaruh positif dan negatif. Yang negatif apabila menjadikan erosi lebih besar, contohnya penggundulan hutan, sistem huma, dan sebagainya. Tindakan yang positif misalnya penghutanan, pembuatan bangunan–bangunan pencegah erosi, tindakan konservasi tanah, dan sebagainya.
II.3.Macam-Macam Bentuklahan Asal Denudasional 
  1. Pegunungan terdenudasional: Karakteritik umum dari unit ini mempunyai topografi pegunungan dengan lereng curam hingga sangat curam (55->140%) dengan perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tempat tertinggi (relief) >500m. Tingkat pengikisan (dissection) tergantung dari kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup lahan serta proses erosi yang berkerja pada tempat tersebut. Umumnya mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal dan berbentuk “V” karena proses yang dominan adalah proses yang cenderung pendalaman lembah (valley deepenin). 
  2. Perbukitan terdenudasional: Perbukitan denudasional mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antara 15-<55%, dengan perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50-<500 m. Umumnya terkikis sedang hingga kecil, tergabung pada kondisi litologi, iklim, vegetasi penutup lahan, baik alami maupun tataguna lahannya.
  3. Nyaris dataran (peneplain): Akibat dari proses denudasional yang bekerja pada pegunungan atau perbukitan secara terus menerus, maka permukaan lahan pada daerah tersebut cenderung menurun ketinggiannya dan membentuk suatu permukaan yang hampir datar dan disebut nyaris dataran (peneplain). Peneplain sangat dikontrol oleh batuan penyusun bentuklahan yang mempunyai struktur berlapis (layers). Apabila batuan penyusun tersebut massif dan mempunyai permukaan yang datar akibat proses erosi sering disebut permukaan planasi (planation surface). Kenampakan tersebut menunjukkan satuan bentuklahan tersebut berusia tua.
  4. Perbukitan sisa terpisah (inselberg): Apabila bagian depan dinding suatu pegunungan atau perbukitan mundur akibat proses denudasi dan lereng kaki (footslope) bertambah lebar secara terus menerus akan meninggalkan bentuk sisa dengan lereng dinding bukit sisa yang curam. Umumnya bentuk sisa terpisah atau inselberg tersebut adalah berbatu tanpa penutup lahan (bare rock).
Tabel 1. Klasifikasi bentuklahan asal denudasional (Verstappen,1983)
(Sumber: Suroso Sastropawiro, Sugeng Raharjo dkk, 2009) 


0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
;