Jumat, 26 Februari 2016 0 komentar

Visible Geology - Aplikasi Online Interaktif

Aplikasi dibuat untuk membantu menghemat waktu dan mempermudah peneliti/ pelajar dalam mengolah data-data yang terlalu banyak. Jangan menjadi "GeoClick"! Basic itu penting! Seperti yang dikatakan Wallace, 1975 dalam textbook Basic Geological Mapping edisi keempat oleh Barnes dan Lisle, 2004:

"There is no substitute for the geological map and section – absolutely none. There never was and there never will be. The basic geology still must come first – and if it is wrong, everything that follows will probably be wrong."


Meskipun GRATIS, ada baiknya untuk mengetahui syarat dan ketentuan penggunaan dari tiap-tiap aplikasi. Syarat dan ketentuan dapat dibaca dalam user manual yang disertakan.


Visible Geology adalah sebuah aplikasi pemodelan geologi struktur berbasis online. Aplikasi ini sangat bagus digunakan dalam proses belajar mengajar, untuk memperkenalkan fitur-fitur geologi seperti; lapisan batuan, lipatan, patahan, dome, basin,dike, topografi, v-rule, struktur bidang, struktur garis, stereonet, diagram rose, histogram, cross section dan borehole dalam visualisasi 2 dan 3 dimensi. Hasil pemodelan bisa disimpan, diprint ataupun dieksport, dan yang paling penting lagi it's free!








Rabu, 24 Februari 2016 0 komentar

Plastik itu bahan modern yang memerlukan budaya modern harus bijak dalam mengelola tehologi yang benar !!!

Anda mungkin kesel diminta membayar plastik 200 rupiah. Sama .. Saya juga sebel. Lah wong saya beli minyak goreng saja pakai kemasan plastik yg juuh lebih susah diurai ketimbang tas kresek. Bahkan botol minuman juga semua pakai plastik, hampir semua kemasan menggunakan plastik. Tapi mengapa saya yg menjadi konsumen saja yg diminta membiayai lingkungan. Sedangkan industri yg mengemasnya malah relatif nyantai.

Sejatinya plastik merupakan bahan modern hasil kajian ilmu kimia material yg menjadi penolong manusia. Banyak bahan bangunan synthetis yg memanfaatkan plastik. Coba kalau tidak ada bahan bangunan berbahan dasar plastik, saya yakin hutan kita sudah amblas dipakai untuk membuat papan kayu.

Jadi jangan anti plastik. Tapi BUDAYAKAN MENGELOLA SAMPAH DENGAN BENAR !!









Jumat, 19 Februari 2016 0 komentar

Semua orang adalah Geologist

Gambar ini diolah dari inspirasi kata-kata Pablo Picasso (1881-1973), seorang pelukis kelas dunia yang berasal dari Spanyol, bahwa setiap anak terlahir sebagai pelukis hingga kemudian cara mereka tumbuh yang akan menentukan apakah bakat tersebut akan berkembang -- "Every child is an artist. The problem is how to remain an artist once he grows up."

Rasa-rasanya memang demikian. Sebagai makhluk intelegensia yang berkembang di permukaan Bumi, setiap anak manusia tentu akrab dengan alam sekitarnya. Bebatuan dan tanahnya, pegunungan dan lembahnya, sungai dan kedungnya, lautan dan teluknya. Rasa-rasanya memang dulu setiap kita adalah geologis dalam arti paling mendasar. Kita mengamati bebatuan, proses alamiahnya, dan kemudian mengetahui cara memanfaatkannya sesuai tingkat kebutuhan saat itu.

Meskipun tidak setiap anak akan mempelajari ilmu Geologi secara formal di bangku sekolah maupun pendidikan tinggi, namun sebagaimana setiap orang pasti mampu menghargai karya seni para empu, tentunya kita pun tetap bisa mengapresiasi upaya para ahli kebumian dalam membuka rahasia alam untuk kehidupan yang lebih baik bagi generasi mendatang.

Just pick a piece of rock, put it close to your ear, and listen to what it says about a story begins a long long time ago..



"Hanya memilih sepotong batu, meletakkannya dekat dengan telinga Anda, dan mendengarkan apa yang dikatakan tentang cerita dimulai waktu yang lama lalu"

"Setiap anak adalah seorang ahli geologi masalahnya adalah bagaimana untuk tetap ahli geologi sekali kita dewasa"
Senin, 01 Februari 2016 0 komentar

3D Geologic Map: easy and delicious

Bagaimana cara menyajikan peta geologi yang menarik dan mudah dipahami oleh orang awam? Kita perlu melihat peta 3D teknologi GoogleEarth berikut ... siapa tahu memberikan inspirasi. 

Anda ingin menjadi petani anggur yang sukses? Menurut peta geologi Lembah Valais - Swiss ini, buatlah ladang pada endapan kipas aluvium diantara batugamping kristalin yang tererosi. Dengan tampilan 3D interaktif, peta ini akan memandu Anda mencari lahan yang dibutuhkan.. pada warna putih dengan simbol garis menyebar (penanda morfologi kipas) diantara warna-warni oranye dan merah marun (batugamping aneka umur yang terekspos di permukaan). Garis-garis kontur akan memberikan informasi elevasi ketinggian calon ladang anggur Anda, dan tentunya membantu perhitungan biaya transportasi bila panen tiba.. semakin tinggi ladang Anda, tentu semakin dalam harus merogoh kocek untuk mengangkut hasil panen.

Jadi, peta geologi 3D itu mudah dipahami lho... dan bila telah panen anggur, tentu peta tadi akan terasa lezat..

(dari buku " Stein & Wein" (Batu dan Anggur) tulisan Kündig, Finger & Mumentahler)


0 komentar

Si Kaki Burung

Delta Mississippi merupakan tipe delta kaki burung: kurus panjang, bercabang lebar. Tapi apakah betul delta selalu membawa sedimen sungai ke laut? 

Foto ini menunjukkan air laut berwarna coklat adalah air keruh yang jenuh lumpur. Namun lumpur tersebut bukanlah berasal dari sungai-sungai delta. Melainkan berasal dari bagian luar delta (delta front), yang tererosi oleh gelombang dan arus laut.

Sungai-sungai delta sendiri malah berwarna gelap, menandakan tidak banyak lumpur yang terbawa olehnya.

Foto ini diambil NASA tahun 2007.


 


0 komentar

Transgressive Sequence of Ngrayong Tidal Flat, Blora


Formasi Ngrayong yang berumur Miosen Tengah, salah satu kelompok batuan penyimpan hidrokarbon utama di Cekungan Jawa Timur Utara, tersingkap sangat baik di lokasi penggalian tambang sirtu (pasir dan batu) di Polaman, Blora. Di lokasi ini, Formasi Ngrayong diwakili oleh tiga unit litologi, dari paling bawah adalah batulempung pasiran, ditutup oleh batupasir lempungan, dan paling atas dijumpai batugamping berbutir halus dengan kandungan fragmen bioklastika beraneka ragam [lihat Gambar a]. Seluruh batuan tersebut miring ke arah selatan dengan derajat kemiringan yang besar, sebagai sayap selatan dari Antiklin Pakel, yang diduga terangkat oleh sesar anjak di selatan Polaman.

Pengamatan terhadap struktur sedimen mengindikasikan bahwa Formasi Ngrayong di Polaman ini diendapkan pada lingkungan dataran pasang-surut (tidal flat) [lihat Gambar g] yang terlindung oleh suatu morfologi terumbu penghalang (rimmed carbonate barrier), dan secara keseluruhan menunjukkan adanya kondisi naiknya genang laut (transgresi), yaitu mulai: dataran lumpur intra-pasut (intertidal mud flat) yang mengendapkan unit batulempung pasiran; dataran pasir sub-pasut (subtidal sand flat) yang mengendapkan unit batupasir lempungan; dan paling atas adalah terumbu penghalang yang mengendapkan batugamping grainstone hingga wackestone.

Di zona transisi antara endapan intertidal mud flat dan subtidal sand flat, litologi batupasir lempungan menampilkan karakteristik struktur sedimen pengarian bergelombang (wavy lamination) [lihat Gambar c]. Struktur ini dibentuk oleh pergerakan sedimen dasar (bedload) yang digerakkan oleh arus searah dan menghasilkan gelembur-gelombang asimetris (asymmetric current ripple marks) [lihat Gambar b & e]. 

Struktur gelembur-gelombang asimetris sangat membantu dalam menentukan arah arus sedimentasi purba (paleocurrent) secara praktis di lapangan. Dengan memperhatikan kelerengan morfologi gelembur gelombang yang asimetris, lereng yang landai menunjukkan arah datangnya arus sedangkan lereng yang terjal menunjukkan arah bergeraknya arus [lihat Gambar e]. 

Meski demikian, mengingat lingkungannya adalah dataran pasang-surut, dimana dinamika arus akan sering bergantian antara arus pasang dan arus surut, tentunya informasi arus purba yang kita amati pada satu lapisan hanyalah mewakili salah satu arus utama di lingkungan itu saja. Hal ini tampak pada Gambar d, dimana lapisan batupasir di bagian bawah (B1) menunjukkan arah arus purba N154E (menuju ke tenggara), sedangkan lapisan batupasir diatasnya (B2) menunjukkan arah arus purba N334E (menuju ke baratlaut). Tentunya dinamika arus purba tersebut dapat memberikan gambaran kondisi geografi purba, terutama posisi relatif daratan dan laut (deposenter sedimentasi). Dengan dipadukan pemahaman terhadap geologi regional, dimana secara umum Zona Rembang menunjukkan sedimentasi di suatu paparan (shelf) sedangkan Zona Kendeng di selatan sering menunjukkan produk sedimentasi laut dalam (deeper marine), maka sementara ini secara umum dapat kita simpulkan bahwa batupasir B1 merupakan endapan arus surut (ebb current) yang bergerak menuju laut ke arah tenggara-selatan, dan batupasir B2 merupakan endapan arus pasang (flood current) yang bergerak menuju daratan ke arah baratlaut-utara.

Endapan batulempung pasiran pada dataran lumpur intra-pasut Ngrayong memiliki endapan mineral gipsum yang melimpah. Gipsum dengan struktur diskoidal hadir diantara perlapisan batulempung pasiran, dan tumbuh ke arah luar [lihat Gambar f], memaksa bidang perlapisan untuk terus membuka dan menghadirkan gipsum sebagai lensa-lensa didalam litologi tersebut. Kehadiran gipsum memberikan informasi menarik, dimana dibutuhkan kondisi geologi khusus untuk mampu mendukung kristalisasi mineral sulfat ini. Meski umumnya ditafsirkan bahwa gipsum terbentuk intensif pada lingkungan beriklim kering (arid) dengan tingkat evaporasi tinggi, seperti daerah pesisir gurun pasir di lintang tengah saat ini, namun dapat pula tingkat evaporasi yang tinggi tersebut terbentuk di daerah non-gurun saat kelembaban udara menurun drastis saat kondisi glasiasi maksimum (komunikasi personal dengan Pak Wartono Raharjo).

What a rock, what a story...
0 komentar

Saya Seorang Geologist Sejati....

REPOST
Saat ini merupakan saat dimana mahasiswa geologi dari hampir seluruh Universitas/Perguruan Tinggi dengan Jurusan Geologi lagi melakukan kerja lapangan untuk berbagai tujuan : Kuliah Lapangan, Kerja Praktek, Tugas Akhir dan sebutan2 lain. Sebagian besar mereka melakukan pekerjaan pemetaan geologi di daerah kerja masing, mulai daerah datar, bebukit landai sampai pegunungan curam, yang semua itu merupakan resiko pekerjaan geologi yang harus dipelajari dan dihayati. Untuk itu berikut diberikan beberapa catatan yang mungkin perlu untuk diperhatikan :
  1. Karena sifatnya kerja di lapangan dengan tingkat resiko bahaya yang lebih tinggi dari tempat lain, maka prinsip SHE : Safety, Health and Environment harus dijadikan acuan kerja. Jangan sembrono dan sok hebat. Jaga diri sendiri maupun jaga orang lain juga !
  2. Hampir semua tempat di bumi Indonesia ini (termasuk daerah kerja mahasiswa saat ini) telah dipetakan secara geologis dalam berbagai skala maupun berbagai tujuan. Laporannyapun sudah bertebaran di sejumlah publikasi resmi, intern maupun di badan pemerintah seperti BAPPEDA dan BAPEDALDA (?). Usahakan mencari itu semua (sejauh dimungkinkan), pelajari secara menyeluruh, kemudian buatlah ringkasa/resume yang meliputi daerah kerja anda. Hasil resume itu jangan dianggap sebagai kebenaran mutlah, tapi anggap sebagai HIPOTESIS yang harus sdr buktikan kebenaran dan kesalahannya dengan observasi obyektif di lapangan. Resume ini diperlukan agar pemeta lebih efisien dalam perencanaan maupun pelaksanaan kerja. Jadi jangan hanya membebek pada hasil terdahulu, apalagi kalau skala yang digunakan berbeda. Pemeta harus lebih percaya pada hasil observasinya yang konkrit dan obyektif.
  3. Pemeta harus berpegang teguh pada skala peta kerjanya dan mengobservasi data lapangan pada skala tersebut. Kalau digunakan skala 1 : 25.000 (skala standar peta RBI) maka jangan terlalu percaya pada penyebaran batas satuan yang tergambar pada peta skala 1 : 50.000, apalagi dari peta berskala 1 : 100,000. Apapun metoda pemetaan yang digunakan (Satuan Formal atau lepas) prinsipnya adalah sama yaitu, satuan yang didirikan harus : (a) punya karakter litologi yang khas, bisa dibedakan dengan satuan yang lain, (b) terpetakan penyebarannya pada skala peta kerja pemeta. Dengan kata lain semakin detail hasil pemetaan, semakin baik, karena hasilnya akan bisa dipakai untuk penerapan geologi yang lebih banyak.
  4. Untuk dapat melakukan evaluasi sendiri terhadap apakah hasil pemetaan sudah memadai atau belum, maka bisa digunakan acuan hakekat pemetaan geologi. Hakekat ini sering kurang disadari oleh pemeta karena pemeta (pemula) sering terperangkap pada pemenuhan prosedur daripada pencapaian tujuan pemetaan.
Setelah selesai pemetaan, maka cobalah untuk menilai apakah peta geologi dan semua lampiran dan laporannya sudah :
  • memberikan gambaran tentang macam, kondisi, proses, dan potensi geologi (potensi sumberdaya dan potensi bencana) yang ada dan teramati di daerah pemetan pada MASA KINI.
  • bisa digunakan untuk merekonstruksi macam, kondisi, proses2 dan lingkungan geologi di daerah pemetaan SEPANJANG WAKTU GEOLOGI, sejak terbentuknya batuan tertua di daerah pemetaan hingga saat ini.
  • bisa digunakan untuk memberikan saran yang kongkrit (dalam batas scope kerja) agar daerah yang dipetakan dapat dikembangkan dengan baik dan bijaksana sehingga bisa memberikan keamanan, meningkatkan kesejahteraan dan memberi landasan yang baik untuk pengembangan daerah tersebut di masa datang.
Demikianlah sumbang saran dari saya, geolog semoga semuanya nanti menjadi bagian dari the Outstanding Generation of Indonesian Geologists yang secara sungguh2 mencintai bangsa dan negaranya, Republik Indonesia, dan rela bekerja keras dan jujur untuk kemajuannya. Terima kasih, semoga berguna, salam hangat untuk semuanya. MERDEKA !!!


0 komentar

Ayo Move On - Kenapa sih Ayam Menyeberang Jalan?



"Why did the chicken cross the road?" merupakan salah satu lelucon dunia yang terkenal, sejak dipopulerkan di Kota New York tahun 1847, meski dikategorikan sebagai anti-humor (humor ironis) dan paronomasia (permainan kata arti jamak). Makna filosofis yang dipercaya oleh banyak orang selama ini adalah untuk memotivasi setiap orang "to get the other side" alias bahasa gaul sekarang.. to move on..

Namun menurut beberapa ahli fisika dunia, humor tersebut dianalisis secara serius. Cekidot...
  1. Albert Einstein : Ayam tidak menyeberang jalan. Jalan lah yang bergerak di bawah si ayam.
  2. Isaac Newton : Ayam yang diam cenderung untuk diam. Ayam yang bergerak cenderung untuk menyeberang jalan.
  3. Blaise Pascal : Ayam mendapatkan tekanan di sisi awal jalan. Namun, ketika ayam telah tiba di sisi jalan yang lain, tekanan tersebut masih dirasakan.
  4. Charles Coulomb : Ayam menemukan ayam lainnya untuk digantikan di seberang jalan.
  5. John Bell : Tidak ada ayam yang rahasia. Bila ada ayam yang tersembunyi, pastilah datangnya dari tempat yang jauh, dan setidaknya mereka menyeberang satu jalan untuk menuju kemari.
  6. Hans Geiger : Saya tidak tahu. Tapi mari kita hitung berapa kali ayam menyeberang jalan.
  7. Oskar Klein : Sesungguhnya ayam dapat tiba di seberang jalan tanpa harus menyeberanginya.
  8. Satyendra Bose : Telah ada ayam di seberang sana, sehingga ayam yang satu ini sangat mungkin ingin menyusulnya.
  9. Galileo Galilei : Ayam dapat menyeberang jalan, karena selalu menempatkan satu kaki di depan kaki lainnya, dan telah menempuh sejumlah langkah yang sama atau lebih besar daripada lebar jalan.
  10.  Peter Higgs : Pertama kali, kita harus dapat menemukan si ayam.
  11. Nicolaus Copernicus : Ayam telah menempuh orbit dalam radius tertentu terhadap matahari.
  12. George Francis FitzGerald : Awalnya si ayam agak ragu, tapi setelah mulai menyeberang, dia menyadari bahwa jarak sesungguhnya tidak sejauh yang diduga, sehingga dia memutuskan untuk tetap terus menyeberang.
  13. Johannes Keppler : Saya tidak tahu. Tapi saya senang si ayam melakukannya dengan kecepatan yang secara mengagumkan dijaga untuk tetap konstan.
  14. Norman Ramsey : Saya tidak tahu. Tapi saya telah menghitung bahwa ayam memerlukan waktu 4.71988362706153 detik untuk tiba di seberang jalan.
  15. Pierre de Fermat : Lupakan mengapa, saya akan tunjukkan bagaimana caranya ayam untuk tiba di seberang.
  16. Gustav Kirchhoff : Sebenarnya ayam menyeberang jalan sebanyak dua kali, karena keinginannya untuk membentuk lingkaran tertutup.
  17. Hugh Everett : Saya tidak tahu, tapi di seberang sana juga ada ayam yang tidak mau menyeberang.
  18. Archimedes : Saya berlari menyeberang jalan sambil berteriak dan menjerit, dan tidak lama setelahnya baru saya menyadari bahwa saya membawa ayam.
  19. Stephen Hawking : Fluktuasi keinginan si ayam secara tidak terhindarkan akan menciptakan suatu skenario bahwa dia akan tiba di seberang jalan, dengan adanya peluang untuknya tiba di seberang jalan.

Nah, bila anda suatu saat harus move on.. maka motif ayam yang mana akan anda ambil?
0 komentar

BARITO BASIN: GEOLOGY, TOURISM, AND ANCIENT HISTORY

Cekungan Barito, yang menempati bagian barat Kalimantan Selatan dan bagian timur Kalimantan Tengah, secara geologi merupakan cekungan sedimenter yang terbentuk akibat gaya isostasi pengangkatan Pegunungan Meratus. Pegunungan Meratus sendiri merupakan rangkaian pegunungan lipatan tektonik yang menyingkapkan batuan-batuan metamorfik dan batuan kerak samudera berumur pra-Tersier, serta mengangkat batuan-batuan Tersier pembawa batubara dan hidrokarbon di sisi timur maupun barat rangkaian tersebut.

Saat ini, pusat (depocentre) dari Cekungan Barito ditandai oleh genangan rawa dan danau yang sangat luas di Propinsi Kalimantan Selatan, membentang ratusan kilometer persegi di daerah Kabupaten Tabalong di utara hingga Kabupaten Hulu Sungai Selatan di ujung selatan. Hal ini menandakan aktifnya penurunan cekungan yang terus berlangsung hingga kini. Di sana, sebagian besar air permukaan yang mengerosi Pegunungan Meratus mengalir perlahan dalam pola pengaliran deranged dan menggenang dalam waktu yang lama pada kantong-kantong rawa di sekitar aliran sungai, sebelum akhirnya bergabung dengan aliran Sungai Barito untuk bermuara ke Laut Jawa di pesisir selatan Kalimantan. 

Secara ekonomi, tidak banyak yang bisa dilakukan terhadap lahan rawa sedemikian luas. Aktifitas ekonomi yang mengandalkan pertanian adalah berbasis pasang-surut (ladang padi gogo). Perikanan air tawar pun belum digarap dengan baik untuk mampu memberikan hasil optimal kepada masyarakat setempat. Selebihnya, ekonomi di daerah sepi ini ditopang oleh kemampuan urbanisasi dan migrasi penduduknya ke berbagai daerah di Kalimantan.. 
Meski demikian, terdapat dua jenis satwa bernilai ekonomis yang menarik untuk dilihat bila berkunjung ke kawasan ini, adalah bebek Alabio (ucapkan seperti bilang "I love You".. heheh..) yang merupakan persilangan bebek lokal dan bebek Peking, dan kerbau rawa (Latin: Bubalus bubalis) yang mampu berenang di air rawa. Keduanya telah lama diternakkan oleh masyarakat setempat. Khusus untuk kerbau rawa, bila berkunjung ke daerah penggembalaannya, yaitu Danau Panggang dan Negara, di sore hari akan disuguhkan atraksi menarik para penggembala dalam menggiring ratusan ternaknya ke kandang-kandang panggung (disebut kalang) di atas rawa. Menarik sekali.. mirip atraksi para koboy wild-wild west di Amerika sana.. bedanya ini para penggembala dengan perahu kecil bermesin (ketinting atau kelotok), bukan dengan kuda.. dan bukan pada scene padang pasir dengan kepulan debu, namun pada riak air rawa yang berwarna coklat pekat. 

Tidak banyak yang mengetahui, bila di balik panasnya udara di atas rawa dan genangan air yang enggan untuk mengalir di kawasan tersebut, tersimpan sejarah panjang yang sangat penting dan bermakna di Nusantara. 

Dimulai sekitar 200 tahun sebelum Masehi, terdapat kerajaan pertama di Pulau Kalimantan, bernama kerajaan Nan Sarunai (bermakna "Yang Termahsyur") didirikan oleh Suku Dayak Maanyan. Predikat "sarunai" sendiri tentunya bukan gelar kosong bagi suku maritim ini. Turut serta dalam penjelajahan negeri dan perdagangan rempah-rempah serta hasil hutan ke pulau-pulau Nusantara hingga ke Madagaskar dan India, penduduk Nan Sarunai sangat memanfaatkan lebarnya sungai Barito. Perjalanan dari pusat kerajaan (Lili Kumeah) di tepian Sungai Tabalong hanya menempuh waktu singkat untuk bergabung dengan Sungai Barito dan meluncur menuju Laut Jawa, ketika sebelum berkembangnya delta-delta di pesisir selatan Kalimantan yang ada saat ini. Kerajaan Nan Sarunai pun tumbuh stabil selama berabad-abad. Sebagai kerajaan berbasis suku, tidak ada politik ekspansif yang dianut oleh raja-raja Nan Sarunai, sehingga kerajaan ini tidak tercatat mengalami pembesaran wilayah. Meskipun berbasis satu-suku, Kerajaan nan Sarunai memiliki politik terbuka dan turut pula mengatur tata pemerintahannya seperti yang ada di Jawa dan Sumatra. Pernah diberitakan di tahun 2008 bahwa ditemukan satu perahu Kalimantan purba yang biasa dipergunakan di Kerajaan Nan Sarunai yang terkubur di Kota Rembang, Jawa Tengah yang diduga telah berusia sekitar 1000 tahun, yang menandakan memang telah ada komunikasi dagang antara Pulau Jawa dan kerajaan tersebut. Kerajaan Nan Sarunai seringpula disebut sebagai Kerajaan Kuripan atau Kahuripan.
Pada abad ke-11, terjadi kedatangan Suku Melayu Palembang dari eksodus petinggi Kerajaan Sriwijaya yang diserbu oleh Kerajaan Cola, India. Percampuran antara suku Melayu dan suku Dayak Manyaan ini lah yang diduga oleh para ahli kelak menurunkan cikal-bakal suku Banjar (urang Banjar) di kawasan ini. 

Seiring dengan berubahnya geomorfologi pesisir selatan Kalimantan dengan pertumbuhan Delta Barito, semakin jauh pula perjalanan yang harus ditempuh oleh para saudagar Dayak Manyaan untuk menuju laut. Kemunduran ekonomi Kerajaan Nan Sarunai ternyata dibarengi dengan kemunculan satu kerajaan besar di Jawa yang memiliki semangat politik ekspansif yang sangat tinggi, Majapahit. Satu ekspedisi militer yang dikirimkan raja Majapahit, Hayam Wuruk, di tahun 1355, membuat Kerajaan Nan Sarunai harus meredup setelah ada selama 1500 tahun. Peristiwa ini, dituangkan dalam syair-syair puisi ratapan (wadian) berbahasa Dayak Maanyan dan dikenal sebagai "Usak Jawa" (artinya Penyerangan oleh Kerajaan Jawa). 

Panglima Pasukan Hayam Wuruk, bernama Mpu Jatmika, kemudian membangun kerajaan baru, bernama Kerajaan Dipa, sebagai pengganti Kerajaan Nan Sarunai. Nama "Dipa" diambil dari bahasa Dayak Maanyan untuk kata "Dipah Ten" atau "Kerajaan di Seberang", sebagai tanda bahwa kerajaan baru ini menginduk kepada kerajaan utama (Majapahit) di Pulau Jawa. Meski datangnya melalui ekspedisi militer, peralihan dari Kerajaan Nan Sarunai menjadi Kerajaan Dipa berlangsung halus dan tanpa gejolak berarti. Dengan cerdik, mengamati mundurnya ekonomi Kerajaan Nan Sarunai akibat perubahan kondisi geografi Sungai Barito, Mpu Jatmika yang mengangkat dirinya sebagai penasihat Kerajaan Nan Sarunai mengusulkan kepada raja untuk memindahkan ibukota kerajaan ke pertemuan Sungai Bahan dan Sungai Barito, yaitu daerah Margasari, dan dikenal sebagai Candi Laras. Mpu Jatmika pun diangkat menjadi penguasa Candi Laras. Setelah mangkatnya raja terakhir Nan Sarunai, berakhir pula era Kerajaan Nan Sarunai, dan kemudian Mpu Jatmika diakui sebagai pendiri sekaligus penguasa pertama Kerajaan Dipa yang berpusat di Candi Laras, di tahun 1387. 

Meski demikian, menyadari statusnya dan mengikuti ajaran Hindu yang dianutnya, Mpu Jatmika tidak berkenan menyebut dirinya Raja. Mpu Jatmika pun kemudian mempersiapkan keturunan raja terakhir Nan Sarunai, seorang putri cantik bernama Junjung Buih, untuk menjadi penguasa Kerajaan Dipa. Atas arahan Hayam Wuruk, Putri Junjung Buih kemudian dinikahkan dengan seorang pangeran dari Majapahit, yaitu Pangeran Suryanata. Pernikahan politik ini pun menandai suksesnya ekspansi kerajaan Majapahit ke salah-satu kerajaan terbesar Kalimantan saat itu. Selama beberapa tahun dan beberapa keturunan kemudian, anak dan cucu pasangan Pangeran Suryanata dan Putri Junjung Buih pun memerintah Kerajaan Dipa, dibantu oleh Patih Mpu Jatmika dan keturunannya yang bijaksana, yaitu Patih Lambung Mangkurat (nama sebenarnya adalah Lembu Mangkurat). 

Dalam masa-masa itu, karena seringkali terjadi banjir besar di aliran Sungai Barito, pusat pemerintahan pun dipindahkan oleh Mpu Jatmika dan Lambung Mangkurat ke arah hulu Sungai Bahan dan pertemuannya dengan Sungai Tabalong, yaitu daerah Candi Agung (saat ini terletak dekat Amuntai, ibukota Kabupaten Hulu Sungai Utara).

Akhir dari Kerajaan Dipa ditandai oleh suatu tragedi keluarga, dimana karena satu kesalahan oleh Patih Lambung Mangkurat, terjadi pernikahan antara Ratu Kalungsu, penguasa Dipa saat itu, dengan seorang hartawan dari Jawa yang ternyata adalah Raden Sekar Sungsang, anak kandung Ratu Kalungsu yang telah lama hilang. Atas kejadian memalukan di tahun 1448 tersebut, Ratu Kalungsu merasa malu dan mengundurkan diri dari tampuk kepemimpinan, memberikannya Raden Sekar Sungsang, yang kemudian bergelar Raja Sari Kaburangan. Peristiwa tersebut juga memukul batin Patih Lambung Mangkurat hingga membuatnya meninggal dunia. Setelah peristiwa kelabu pernikahan ibu dan anak ini, Raja Sari Kaburangan pun memindahkan pusat pemerintahan ke Muara Hulak, dan berakhir lah era Kerajaan Dipa.

Muara Hulak terletak di tengah aliran Sungai Bahan, antara Candi Laras dan Candi Agung. Tak berapa lama, Muara Hulak pun dikenal dengan nama baru, Negara Daha (lazim disingkat menjadi Negara), sebagai tempat dimana negara baru didirikan oleh Raja Sari Kaburungan. Sungai Bahan pun berganti nama menjadi Sungai Negara. Kerajaan baru ini pun diberinama Kerajaan Daha.

Pada pemerintahan pengganti Raja Sari Kaburungan, yaitu Raja Sukarama, di tahun 1511 terjadi kedatangan pengungsi Kerajaan Melaka yang ditaklukkan oleh Portugis. Para pengungsi Melaka ini mengikuti jejak leluhurnya 4 abad silam dari Sriwijaya yang eksodus ke daerah aliran Sungai Barito. Para pendatang Melayu tersebut banyak bermukim di Muara Kuin, bergabung dengan keturunan leluhurnya asal Sriwijaya. Oleh Suku Dayak Maanyan, perkampungan pendatang Melayu tersebut dinamakan "Banjar Oloh Masih" yang artinya perkampungan Orang Melayu pimpinan Patih Masih. Lama-lama, Banjar Oloh Masih disingkat menjadi Banjarmasih, dan kemudian Banjarmasin. 

Sementara itu, di Kerajaan Daha terjadi konflik perebutan tahta. Raja Sukarama ketika mangkat menunjuk cucu-keponakan kesayangannya yang bernama Raden Samudera menjadi pengganti. Hal ini membuat putera tertua Raja Sukarama, yaitu Pangeran Aria Mangkubumi, menjadi berang serta menyerang Raden Samudera dan pengikutnya. Raden Samudera pun menyingkir ke Banjarmasin, dan memperoleh simpati politik serta dukungan militer dari para pengungsi Melayu. Maka terjadilah peperangan antara Kerajaan Daha dan pengikut Raden Samudera. Untuk memperoleh kemenangan, Raden Samudera mencari aliansi politik kepada Kerajaan Demak, dimana Sultan Trenggono mengirimkan bantuan ekspedisi militer untuk memukul mundur pasukan Daha. Pada tahun 1526, Kerajaan Daha pun kalah dan runtuh, dan Raden Samudera mengangkat dirinya menjadi penguasa baru dengan gelar Sultan Suriansyah dan memeluk agama Islam. Sebagian prajurit Kerajaan Daha ditawan dan dibawa ke Demak, dimana mereka membentuk perkampungan orang-orang Negara di Desa Tadunan, Kecamatan Wedung, Demak, Jawa Tengah. Era Kesultanan Banjar pun berdiri dengan pusat di Banjarmasin. Seiring dengan pesatnya perkembangan Banjarmasin di tepian Sungai Barito, maka daerah rawa di aliran Sungai Bahan pun mulai terlupakan dan tertinggal dalam lipatan sejarah...

Negara, sebuah kampung kecil di aliran Sungai Bahan, adalah kampung asal ibu kandungku. Sebuah tempat yang pernah menjadi hiruk-pikuk pusat sejarah Kalimantan bagian selatan dan Nusantara, yang bertempat di sebuah pusat cekungan geologi yang turut menyumbang kekayaan negeri ini, Cekungan Barito.

Repost


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
;