Jumat, 25 Desember 2015

BENTANGALAM FLUVIAL (Verstappen)

A. Pengertian
Bentangalam fluvial adalah bentangalam yang terbentuk sebagai akibat dari proses fluviatil atau aktivitas sungai. Aktivitas sungai yang mengalir di daratan akan mengerosi dan merubah bentuk-bentuk bentangalam. Proses-proses tersebut berjalan terus sepanjang masa dan akan menghasilkan perubahan bentuk bentangalam yang sebelumnya ada.

Satu sungai atau lebih beserta anak sungai dan cabangnya dapat membentuk suatu pola atau sistem tertentu yang dikenal sebagai pola pengaliran atau pola penyaluran (drainage pattern). 

B. Macam-macam pola pengaliran :
  1. Dendritik, pola pengaliran dengan bentuk seperti pohon, dengan anak-anak sungai dan cabang-cabangnya mempunyai arah yang tidak beraturan. Umumnya berkembang pada batuan yang resistensinya seragam, batuan sedimen datar, atau hampir datar, daerah batuan beku masif, daerah lipatan, daerah metamorf yang kompleks. Kontrol struktur tidak dominan di pola ini, namun biasanya pola aliran ini akan terdapat pada daerah punggungan suatu antiklin. 
  2. Radial, pola pengaliran yang mempunyai pola memusat atau menyebar dengan 1 titik pusat yang dikontrol oleh kemiringan lerengnya. 
  3. Rectangular, pola pengaliran dimana anak-anak sungainya membentuk sudut tegak lurus dengan sungai utamanya, umumnya pada daerah patahan yang bersistem (teratur).
  4. Trellis, bentuk seperti daun dengan anak-anak sungai sejajar. Sungai utamanya biasanya memanjang searah dengan jurus perlapisan batuan. Umumnya terbentuk pada batuan sedimen berselang-seling antara yang mempunyai resistensi rendah dan tinggi. Anak-anak sungai akan dominan terbentuk dari erosi pada batuan sedimen yang mempunyai resistensi rendah. Jadi secara umum , pembentukan sungai utama lebih disebabkan oleh kontrol struktrur dan pembentukan anak sungai lebih disebabkan oleh kontrol litologi. 
  5. Annular, pola pengaliran dimana sungai atau anak sungainya mempunyai penyebaran yang melingkar Sering dijumpai pada daerah kubah berstadia dewasa. Pola ini merupakan perkembangan dari pola radial. Pola penyaluran ini melingkar mengikuti jurus perlapisan batuannya. 
  6. Multi basinal atau sink hole, adalah pola pengaliran yang tidak sempurna, kadang nampak di permukaan bumi, kadang tidak nampak, yang dikenal sebagai sungai bawah tanah. Pola pengaliran ini berkembang pada daerah karst atau daerah batugamping.
  7. Contorted, pola pengaliran dimana arah alirannya berbalik atau berbalik arah. Kontrol struktur yang bekerja berupa pola lipatan yang tidak beraturan yang memungkinkan terbentuknya suatu tikungan atau belokan pada lapisan sedimen yang ada.

C. Macam-macam stadia sungai :
  1. Stadia muda, ciri-cirinya : Biasa di daerah hulu., Aliran relatif lurus., Erosi vertikal > erosi horisontal., Penampang sungai berbentuk “V”., Banyak jeram., Belum ada dataran banjir.
  2. Stadia dewasa, ciri-cirinya : Berada di daerah bagian tengah., Aliran mulai berkelok-kelok., Erosi vertikal ≈ erosi horizontal., Lembah lebih lebar berbentuk “U”., Mulai ada dataran banjir.
  3. Stadia tua, ciri-cirinya : Biasanya berada di daerah hilir, dekat dengan muara (terkadang di bagian tengah)., Aliran sungai bermeander., Sudah ada Oxbow-lake., Dataran banjir cukup luas., Erosi lateral > erosi vertikal.
D. Faktor-Faktor Pembentuk Bentangalam Fluvial 
Bentangalam fluvial satuan geomorfologi yang pembentukannya erat hubungannya dengan proses fluviatil. Proses fluviatil adalah semua proses yang terjadi di alam baik fisika, maupun kimia yang mengakibatkan adanya perubahan bentuk permukaan bumi, yang disebabkan oleh aksi air permukaan, baik yang merupakan air yang mengalir secara terpadu (sungai), maupun air yang tidak terkonsentrasi (sheet water). Perlu diketahui bahwa air permukaan merupakan salah satu mata rantai dari siklus hidrologi. Adanya air permukaan sangat dikontrol oleh adanya air hujan, sedangkan besar kecilnya jumlah air permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
  • Nilai curah hujan
  • Jumlah vegetasi
  • Kelerengan
  • Jenis litologi
  • Iklim
Berikut adalah macam-macam proses fluviatil:
  1. 1. Proses erosi; Erosi yang dilakukan oleh air dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
  • Quarrying, yaitu pendongkelan batuan yang dilaluinya.
  • Abrasi, yaitu penggerusan terhadap batuan yang dilewatinya.
  • Scouring, yaitu penggerusan dasar sungai akibat adanya ulakan sungai, misalnya pada daerah cut off slope pada meander.
  • Korosi, yaitu terjadinya reaksi terhadap batuan yang dilaluinya.

Berdasarkan arahnya, erosi dapat dibedakan menjadi :
  • Erosi vertikal, erosi yang arahnya tegak dan cenderung terjadi pada daerah bagian hulu dari sungai menyebabkan terjadinya pendalaman lembah sungai.
  • Erosi lateral, yaitu erosi yang arahnya mendatar dan dominan terjadi pada bagian hilir sungai, menyebabkan sungai bertambah lebar .
  • Erosi yang berlangsung terus hingga suatu saat akan mencapai batas dimana air sungai sudah tidak mampu mengerosi lagi dikarenakan sudah mencapai erosion base level. 
Erosion base level ini dapat dibagi menjadi :
  • ultimate base level, yang base levelnya berupa permukaan air laut
  • temporary base level, yang base levelnya lokal seperti permukaan air danau, rawa, dan sejenisnya. 
Intensitas erosi pada suatu sungai berbanding lurus dengan kecepatan aliran sungai tersebut. Erosi akan lebih efektif bila media yang bersangkutan mengangkut bermacam-macam material. Erosi memiliki tujuan akhir meratakan sehingga mendekati ultimate base level.

  1. 2. Proses transportasi ; Transportasi adalah proses perpindahan atau pengangkutan material oleh suatu tubuh air yang dinamis yang diakibatkan oleh tenaga kinetis yang ada pada sungai sebagai efek dari gaya gravitasi.
Dalam membahas transportasi sungai dikenal istilah :
  • stream capacity, jumlah beban maksimum yang mampu diangkat oleh aliran sungai 
  • stream competance, ukuran maksimum beban yang mampu diangkut oleh aliran sungai.
Sungai mengangkut material hasil erosinya secara umum melalui 2 mekanisme, yaitu mekanisme bed load dan suspended load.

Mekanisme bed load, yaitu pada proses material-material tersebut terangkut sepanjang dasar sungai, dibedakan menjadi beberapa cara, antara lain :
  1. Traction : material yang diangkut terseret di dasar sungai.
  2. Rolling : material terangkut dengan cara menggelinding di dasar sungai.
  3. Saltation : material terangkut dengan cara menggelinding pada dasar sungai.
Mekanisme suspended load , yaitu material-material terangkut dengan cara melayang dalam tubuh sungai, dibedakan menjadi :
  1. Suspension : material diangkut secara melayang dan bercampur dengan air sehingga menyebabkan sungai menjadi keruh. 
  2. Solution : material terangkut, larut dalam air dan membentuk larutan kimia.
  3. Proses sedimentasi
Proses sedimentasi terjadi ketika sungai tidak mampu lagi mengangkut material yang dibawanya. Apabila tenaga angkut semakin berkurang, maka material yang berukuran kasar akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diendapkan material yang lebih halus. Ukuran material yang diendapkan berbanding lurus dengan besarnya energi pengangkut, sehingga semakin ke arah hillir ukuran butir material yang diendapkan semakin halus.

E. Macam-Macam Bentuklahan Asal Fluvial 
  • Meander ; Meander adalah bentukan pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan karena pengikisan tebing sungai, daerah alirannya disebut sebagai Meander Belt. Meander ini terbentuk apabila pada suatu sungai yang berstadia dewasa/tua mempunyai dataran banjir yang cukup luas, aliran sungai melintasinya dengan tidak teratur sebab adanya pembelokan aliran Pembelokan ini terjadi karena ada batuan yang menghalangi sehingga alirannya membelok dan terus melakukan penggerusan ke batuan yang lebih lemah. Kelokan tersebut dapat dikatakan meander, apabila : 
Tabel 3. Syarat terbentuk meander. 
(sumber: Asisten Praktikum Geomorfologi IST AKPRIND, 2013)

  • Gosongpasir (Bar); Bentuklahan yang berbentuk daratan disepanjang suatu alur sungai sebagai hasil pengendapan material yang diangkut sungai.
  • Point bar; Gosongpasir yang berada pada kelokan sungai bagian dalam yang merupakan hasil pengendapan material sungai pada bagian dalam dari suatu meander.
  • Kipas aluvial (Alluvial fan); Bentuklahan yang menyerupai bentuk kipas, umumnya terbentuk dibagian kaki lereng suatu perbukitan dan biasanya berada di daerah beriklim acid.
  • Danau tapal kuda (Oxbow lake); Morfologi danau tapal kuda adalah bentangalam yang berupa danau yang bentuknya menyerupai tapal kuda. Bentuk tapal kuda berasal saluran air sungai yang telah ditinggalkan dikarenakan terjadinya pemotongan meander sungai. Akibat dari pemotongan ini menyebabkan meander terisolasi dari saluran utamanya dan pada akhirnya membentuk danau.
  • Tanggul alam (Levee); Morfologi tanggul alam adalah bentuklahan yang berbentuk tanggul dan sejajar dengan arah saluran sungai, merupakan akumulasi dari endapan material berbutir kasar saat air sungai melimpah keluar saluran.
  • Sungai bersirat (Braided-streams); Morfologi sungai bersirat, merupakan bentuk bentuklahan hasil dari proses pengendapan yang disebabkan oleh saluran air sungai yang berpindah-pindah. Sungai teranyam umunya berkembang di daerah tekuk lereng dan terjadi karena adanya perubahan kecepatan arus dari arah lereng yang kuat berubah menjadi lambat ketika sampai kemedan yang relatif datar.
  • Teras sungai (Terrace rivers); Morfologi teras sungai terjadi oleh erosi vertikal yang lebih dominan dibandingkan erosi lateral. Teras sungai dapat terjadi pada sungai yang mengalami pengangkatan kembali sehingga gaya erosi vertikal kembali bekerja. Teras sungai tersusun dari endapan aluvial yang membentuk morfologi datar.
  • Delta; Delta adalah bentuklahan hasil sedimentasi sungai pada bagian hilir setelah masuk pada daerah base level.



Tabel 4 Klasifikasi bentuklahan asal fluvial (Verstappen, 1983)
(Sumber : Suroso Sastropawiro, Sugeng Raharjo dkk, 2009)


Tabel 5. Klasifikasi satuan bentuklahan asal fluvial (Van Zuidam, 1983). 
(sumber: Asisten Praktikum Geomorfologi IST AKPRIND, 2013)





1 komentar:

dwi mengatakan...

gak bisa di copypaste

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
;