Senin, 01 Februari 2016

Transgressive Sequence of Ngrayong Tidal Flat, Blora


Formasi Ngrayong yang berumur Miosen Tengah, salah satu kelompok batuan penyimpan hidrokarbon utama di Cekungan Jawa Timur Utara, tersingkap sangat baik di lokasi penggalian tambang sirtu (pasir dan batu) di Polaman, Blora. Di lokasi ini, Formasi Ngrayong diwakili oleh tiga unit litologi, dari paling bawah adalah batulempung pasiran, ditutup oleh batupasir lempungan, dan paling atas dijumpai batugamping berbutir halus dengan kandungan fragmen bioklastika beraneka ragam [lihat Gambar a]. Seluruh batuan tersebut miring ke arah selatan dengan derajat kemiringan yang besar, sebagai sayap selatan dari Antiklin Pakel, yang diduga terangkat oleh sesar anjak di selatan Polaman.

Pengamatan terhadap struktur sedimen mengindikasikan bahwa Formasi Ngrayong di Polaman ini diendapkan pada lingkungan dataran pasang-surut (tidal flat) [lihat Gambar g] yang terlindung oleh suatu morfologi terumbu penghalang (rimmed carbonate barrier), dan secara keseluruhan menunjukkan adanya kondisi naiknya genang laut (transgresi), yaitu mulai: dataran lumpur intra-pasut (intertidal mud flat) yang mengendapkan unit batulempung pasiran; dataran pasir sub-pasut (subtidal sand flat) yang mengendapkan unit batupasir lempungan; dan paling atas adalah terumbu penghalang yang mengendapkan batugamping grainstone hingga wackestone.

Di zona transisi antara endapan intertidal mud flat dan subtidal sand flat, litologi batupasir lempungan menampilkan karakteristik struktur sedimen pengarian bergelombang (wavy lamination) [lihat Gambar c]. Struktur ini dibentuk oleh pergerakan sedimen dasar (bedload) yang digerakkan oleh arus searah dan menghasilkan gelembur-gelombang asimetris (asymmetric current ripple marks) [lihat Gambar b & e]. 

Struktur gelembur-gelombang asimetris sangat membantu dalam menentukan arah arus sedimentasi purba (paleocurrent) secara praktis di lapangan. Dengan memperhatikan kelerengan morfologi gelembur gelombang yang asimetris, lereng yang landai menunjukkan arah datangnya arus sedangkan lereng yang terjal menunjukkan arah bergeraknya arus [lihat Gambar e]. 

Meski demikian, mengingat lingkungannya adalah dataran pasang-surut, dimana dinamika arus akan sering bergantian antara arus pasang dan arus surut, tentunya informasi arus purba yang kita amati pada satu lapisan hanyalah mewakili salah satu arus utama di lingkungan itu saja. Hal ini tampak pada Gambar d, dimana lapisan batupasir di bagian bawah (B1) menunjukkan arah arus purba N154E (menuju ke tenggara), sedangkan lapisan batupasir diatasnya (B2) menunjukkan arah arus purba N334E (menuju ke baratlaut). Tentunya dinamika arus purba tersebut dapat memberikan gambaran kondisi geografi purba, terutama posisi relatif daratan dan laut (deposenter sedimentasi). Dengan dipadukan pemahaman terhadap geologi regional, dimana secara umum Zona Rembang menunjukkan sedimentasi di suatu paparan (shelf) sedangkan Zona Kendeng di selatan sering menunjukkan produk sedimentasi laut dalam (deeper marine), maka sementara ini secara umum dapat kita simpulkan bahwa batupasir B1 merupakan endapan arus surut (ebb current) yang bergerak menuju laut ke arah tenggara-selatan, dan batupasir B2 merupakan endapan arus pasang (flood current) yang bergerak menuju daratan ke arah baratlaut-utara.

Endapan batulempung pasiran pada dataran lumpur intra-pasut Ngrayong memiliki endapan mineral gipsum yang melimpah. Gipsum dengan struktur diskoidal hadir diantara perlapisan batulempung pasiran, dan tumbuh ke arah luar [lihat Gambar f], memaksa bidang perlapisan untuk terus membuka dan menghadirkan gipsum sebagai lensa-lensa didalam litologi tersebut. Kehadiran gipsum memberikan informasi menarik, dimana dibutuhkan kondisi geologi khusus untuk mampu mendukung kristalisasi mineral sulfat ini. Meski umumnya ditafsirkan bahwa gipsum terbentuk intensif pada lingkungan beriklim kering (arid) dengan tingkat evaporasi tinggi, seperti daerah pesisir gurun pasir di lintang tengah saat ini, namun dapat pula tingkat evaporasi yang tinggi tersebut terbentuk di daerah non-gurun saat kelembaban udara menurun drastis saat kondisi glasiasi maksimum (komunikasi personal dengan Pak Wartono Raharjo).

What a rock, what a story...

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
 
;