Bererapa waktu yang lalu terjadi longsor ini di Bandung Barat, Cililin yang menimbulkan kerugian yang besar. Dari peristiwa tersebut pemahaman tentang gerakan massa tanah atau pada umumnya dikenal dengan longsor sangatlah penting. Untuk itu, kali ini rubrik FGMI Online akan membahasnya. Apakah yang dimaksud dengangerakan massa tanah?, apa penyebabnya?, bagaimana cara menanggulanginya?, Dan bagaimana pula cara menghindarinya agar tidak terjadi korban seperti di Bandung Barat?.
Longsor atau sering disebut gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang curam.
Gerakan massa dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu :
- Creeping (rayapan tanah), yaitu gerakan massa tanah sepanjang bidang batas dengan batuan induknya, gerakannya sangat lambat, biasanya terjadi di area yang sangat luas.
- Mudflow (aliran lumpur), yaitu gerakan massa yang relatif cair, gerakannya relatif cepat. Contohnya aliran lahar.
- Debrisflow (aliran bahan rombakan), yaitu gerakan massa berupa tanah dan batuan yang relatif kering dan lepas-lepas dan gerakannya relatif cepat.
- Rockfall (jatuhan bahan rombakan), yaitu gerakan massa berupa batuan yang jatuh bebas karena adanya tebing terjal menggatung (hanging cliff), gerakannya cepat.
- Debris Fall (Jatuhan bahan rombakan), yaitu gerakan massa berupa tanah dan batuan yang jatuh bebas karena adanya tebing terjal menggantung, gerakannya cepat.
- Rock Slide (luncuran batuan), yaitu gerakan massa berupa batuan yang meluncur sepanjang bidang rata yang miring misalnya sepanjang bidang perlapisan batuan yang gerakannya cepat.
- Debris Slide (luncuran bahan rombakan), yaitu gerakan massa beruoa tanah dan batuan yang meluncur sepanajng bidang perlapisan batuan, gerakannya cepat.
- Slump (nendatan), yaitu gerakan massa biasanya berupa tanah yang relatif tebal yang bergerak melalui bidang lengkung, gerakannya realtif cepat.
- Subsidence (amblesan), yaitu gerakan massa tanah dan batuan yang relatif vertikal, gerakannya bisa lambat dan bisa cepat
Beberapa penyebab Gerakan
- erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-sungai atau gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam
- lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat
- gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng tersebut
- gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu
- getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir
- berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju
Penanggulangan Gerakan Massa
- Menghindari untuk mencetak sawah dan membuat kolam pada lereng bagian atas di dekat pemukiman
- Pembuatan metode terasering (sengkedan) [ada lereng yang terjal bila membangun permukiman
- Antisipasi jika terjadi retakan tanah dengan menutup dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah melalui retakan.
- Tidak melakukan penggalian di bawah lereng terjal.
- Tidak menebang pohon di lereng.
- Tidak membangun rumah di bawah tebing.
- Memperhatikan geometri pemotongan tebing jalan.
- Menghindari rumah di tepi sungai yang rawan erosi.
Menghindari korban manusia
Pembuatan Peta Zona Kerentanan Tanah menginformasikan paling tidak 4 kondisi kerentanan tanah di setiap wilayah:
- Pertama, kerentanan gerakan tanah sangat rendah berisi informasi tentang wilayah yang jarang atau hampir tidak pernah terjadi gerakan tanah;
- Kedua, kerentanan gerakan tanah rendah pada zona ini jarang terjadi gerakan tanah jika tidak mengalami gangguan pada lereng namun gerakan tanah berdemensi kecil masih dapat terjadi, terutama pada tebing lembah (alur sungai)
- Ketiga, kerentanan gerakan tanah menengah di mana zona ini dapat terjadi gerakan tanah, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan, atau jika lereng mengalami gangguan, dan;
- Keempat, kerentanan gerakan tanah tinggi yaitu zona yang sering terjadi gerakan tanah, sedangkan gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih aktif bergerak, akibat curah hujan tinggi dan erosi kuat.
Dari peta tersebut Pemerintah Daerah dapat merekomendasikan berbagai hal diantaranya mana daerah yang bisa dikembangkan untuk wilayah pemukiman, perkebunan dan budi daya lainnya serta mana daerah yang harus direlokasi.
Tiga aspek holistik yang tak terpisahkan
Mengambil hasil bumi dan sumberdaya alam merupakan salah satu kegiatan manusia sejak mereka diciptakan. Demi bertahan hidup, manusia awalnya memanfaatkan air, buah-buahan, dedaunan, hutan hingga sumber daya pangan dan juga sumber daya energi. Kemajuan ilmu pengetahuan mampu memperkirakan kebutuhan air tawar dan bahan makanan satu individu manusia.
Ekstraksi sumberdaya alam sudah seharusnya dilakukan manusia dengan bijak, lantaran bila berlebihan akan menimbulkan ketimpangan ekosistem. Tentu kita tidak boleh mengambil semua saat ini, dan memproduksi sebanyak-banyak untuk hari ini. Ekstraksi sumberdaya alam harus dikontrol dengan ilmu, akal dan pengetahuan serta diproyeksikan untuk memenuhi kebutuhan tidak sekadar masa kini, tetapi harus memperkiraan kebutuhan anak cucu kita pada masa depan.
Bumi bukanlah sekedar benda mati yang diam. Bumi memiliki siklus aktifitas seolah bernafas. Bumi juga bergerak, bergetar, dan air laut pun terus mengalun. Dinamika bumi juga mengikuti kaidah fisis serta memiliki mahluk lain yang menghuninya selain manusia, yang juga harus kita mengerti. Tanpa pengetahuan akan dinamika bumi, manusia akan memandang seluruh aktifitas bumi yang mengganggu sebagai bencana.
Banjir adalah mekanisme pengaliran air yang juga menjadi agen pengangkut unsur hara penyebar kesuburan. Longsoran merupakan proses stabilitasi lereng secara alamiah, gempa merupakan pelepasan tenaga akibat gerakan tektonik kulitnya. Letusan gunungapi sejatinya kegiatan magma di dalam bumi yang perlu disalurkan.
Dinamika geologi bumi merupakan ciri planet yang layak untuk menunjang kehidupan manusia. Mitigasi dinamika geologi bumi ini tidak dapat diabaikan. Banjir tidak perlu selalu dimusuhi, longsoran jangan hanya dicaci. Semua dinamika geologi bumi ini perlu dimitigasi, diketahui dan dimengerti untuk menunjang lingkungan yang layak, dan aman. Dengan begitu nafas dan detak-detak bumi tidak hanya dianggap sebagai bencana.
Manusia memerlukan ruang untuk menunjang kehidupan. Namun, tidak semua tempat layak dihuni, dan mampu menunjang seluruh kebutuhan manusia. Ada ruang di bumi yang pas untuk ditinggali, ada ruang yang hanya dapat ditanami. Selain itu, ada pula ruang yang dapat dimanfaatkan hasil buminya, airnya, mineralnya, minyaknya, gasnya. Dan ada pula yang dapat dimanfaatkan secara bersama dan bergantian.
Ekosistem yang layak huni luasnya terbatas. Ekstraksi sumberdaya alam yang tak terkontrol, dan tanpa usaha mitigasi dinamika lingkungan akan membahayakan kelangsungan hidup. Manusia dengan ilmu, akal dan pengetahuannya dituntut harus mampu melakukan konservasi ekosistemnya secara bijak. Keterbatasan ruang harus dipelihara. Singkatnya, konservasi lingkungan hidup perlu dilakukan dengan lebih bijak.
Keberagaman Indonesia tersebar di lebih dari 17.000 pulau. Keberagaman ini termasuk ragam sumberdaya alam dan ragam dinamika geologinya. Tidak semua tempat mengalami gempabumi, dan merasakan letusan gunungapi. Namun, kita di Indonesia perlu tahu dimana tempat-tempat yang penuh dengan dinamika bumi yang khas ini. Tidak semua tempat memiliki batubara, emas, minyakbumi, dan air yang layak dikonsumsi. Namun dengan kesatuan negara Republik Indonesia maka rakyat akan terus bertahan, maju dan berkembang secara bersama-sama.
Kondisi spesifik Indonesia ini harus kita kenali. Salah satunya kondisi demografi tahun 2020-2030, ketika terjadi bonus demografi. Pada saat itu 161 juta diantara 260 juta penduduk Indonesia merupakan usia produktif. Rakyat Indonesia membutuhkan sumberdaya alam mineral dan energi yang cukup untuk bekerja, serta lingkungan yang aman dari dinamika geologi. Sangat disadari, manusia memiliki keterbatasan. Kegiatan ekstraksi, mitigasi dan usaha konservasi tidak mungkin dilakukan sendiri atau secara sektoral. Bersatunya para pengelola bumi Nusantara semestinya mampu menjadikan penduduk Indonesia tetap bertahan, berkembang, dan maju bersama saat terjadi bonus demografi sepuluh tahun lagi.
Pemerhati bumi di Indonesia harus BERSATU dalam menyediakan sumberdaya alam dan menyiapkan lingkungan yang sehat dan aman bagi generasi penerus bangsa.
0 komentar:
Posting Komentar